Plastik merupakan salah satu jenis limbah yang merusak lingkungan karena tidak mudah terurai. Setiap harinya, masyarakat Indonesia menghasilkan 1.3 juta ton sampah plastik sehingga Indonesia dinobatkan sebagai negara kedua dengan limbah plastik terbanyak di dunia. Hal ini sangat mengenaskan karena 90% limbah plastik tersebut bermuara ke lautan. Sampah plastik ini tentu mencemari lautan, baik plastik yang berukuran besar, ataupun yang berwujud nanoplastik dan mikroplastik. Walaupun ukurannya kecil, mikroplastik justru berbahaya karena dapat dianggap makanan oleh hewan-hewan laut. Padahal, Indonesia memiliki kekayaan laut yang didambakan oleh banyak negara lain. Potensi kekayaan laut tersebut dapat rusak akibat limbah plastik yang tidak kunjung diselesaikan.

Di sisi lain, rumput laut menjadi bagian dari kekayaan alam Indonesia. Namun sayangnya, banyak rumput laut yang dihasilkan justru tidak terpakai karena melebihi permintaan pasar. Alhasil, petani rumput laut sering mengalami kerugian dan hidupnya menjadi serba kekurangan.
Masalah sosial dan lingkungan ini membuat kepala program studi Teknologi Pangan Fakultas Teknobiologi Unika Atma Jaya, Dr. Noryawati Mulyono, S.Si, mencetuskan ide untuk membuat bioplastik menggunakan rumput laut Euchema cottonii sebagai bahan dasarnya. Karena rumput laut bersifat biodegradable, yaitu dapat diuraikan secara alami oleh organisme di lingkungan, bioplastik berbahan rumput laut pun menjadi alternatif yang baik untuk mengurangi pencemaran lingkungan.
Plastik ramah lingkungan berbahan dasar rumput laut ini sudah dikomersialkan secara internasional dengan nama Evoware. Keunikan produk ini adalah selain sifatnya yang biodegradable, namun juga dapat dikonsumsi manusia, tidak berwarna, memiliki rasa, serta mengandung serat, vitamin, dan mineral yang tinggi. Tak hanya itu, produk ini juga membantu mengatasi masalah lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan petani rumput laut.


Perkembangan bioplastik di Indonesia memang masih sangat lambat sehingga pemakaian bioplastik masih belum menjadi sesuatu yang familiar bagi semua kalangan. Walaupun begitu, kita tetap dapat ikut serta dalam mengurangi pencemaran limbah plastik dengan memulainya dari diri kita sendiri. Mengurangi penggunaan plastik tidak ramah lingkungan di kehidupan sehari-hari tidaklah sulit. Contohnya, kita dapat membawa botol minum atau tas belanja sendiri dibandingkan dengan membeli kemasan sekali pakai atau menggunakan kantong plastik. Mungkin gerakan ini terlihat kecil, namun bila dilakukan bersama-sama, tentu akan memberikan dampak yang besar. Yuk, kita ikut gerakan mengurangi pemakaian plastik tidak ramah lingkungan!